Palu – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah meluncurkan Merdeka Belajar episode keenam tentang Pendanaan untuk Perguruan Tinggi. Didalamnya ada tiga terobosan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi. Salah satunya adalah delapan indikator kinerja utama (IKU).
Terdapat 8 IKU yang menjadi landasan transformasi pendidikan tinggi, yaitu:
- Lulusan mendapat pekerjaan yang layak: Upah di atas UMR, menjadi wirausaha, atau melanjutkan studi.
- Mahasiswa mendapat pengalaman di luar kampus: Magang, proyek desa, mengajar, riset, berwirausaha, dan pertukaran pelajar.
- Dosen berkegiatan di luar kampus: Mencari pengalaman industri atau berkegiatan di kampus lain.
- Praktisi mengajar di dalam kampus: Merekrut dosen dengan pengalaman industri.
- Hasil kerja dosen digunakan oleh masyarakat atau mendapat rekognisi Internasional: Hasil riset dan pengabdian yang dimanfaatkan.
- Program studi bekerjasama dengan mitra kelas dunia: Dalam kurikulum, magang, dan penyerapan lulusan.
- Kelas yang kolaboratif dan partisipatif: Evaluasi berbasis proyek kelompok atau studi kasus.
- Program studi berstandar internasional: Memperoleh akreditasi tingkat internasional.
Berkaitan dengan IKU tersebut, Program Studi Pendidikan Fisika bekerjasama dengan Physical Society Indonesia membuat Workshop Pembelajaran Case Method dan Team Based Project untuk menyamakan persepsi tentang IKU nomor 7 pada tanggal 23 April kemarin.
Narasumber kegiatan ini adalah Sekretaris Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako yang juga merupakan dosen pada Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untad Dr. Supriyatman, S.Si., M.Pd
Kegiatan ini dihadiri oleh mahasiswa dan dosen universitas tadulako hingga dosen dari kampus mitra Program Studi Pendidikan Fisika. Antusiasme peserta begitu terasa dilihat dari banyaknya dosen yang memberi pertanyaan hingga kritikannya terkait dengan Case Method dan Team Based Project.