Palu – Rabu 30 Desember 2020 lalu Andry Aztika Lala (22) mahasiswi Program Studi Pendidikan Fisika berhasil mengembangakan alat peraga deteksi bencana likuifaksi dengan alarm sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Dikutip dari Kompas.tv, alat sederhana ini dilengkapi dengan dua sensor penting dan alarm, satu sensor gerak untuk deteksi gempa, dan sensor kelembapan untuk deteksi likuefaksi. Prinsip kerja alat itu akan membunyikan alarm nada pendek jika terjadi gempa dan alarm nada panjang jika terjadi likuefaksi.
Anak dari pasangan Bapak Lala dan Ibu Edawati ini sudah memiliki ide awal pada akhir tahun 2019 melalui arahan dosen pembimbing skripsinya Dr. Sahrul Saehana, M.Si., namun sempat terhambat karena adanya pandemi Covid-19. Pada akhirnya Lala (nama panggilan) berhasil lulus dengan IPK 3,78, dan berencana untuk mengabdikan dirinya sesuai dengan gelar yang diraihnya.
“Ide awal itu akhir 2019 dari Pak Sahrul, tapi karena covid akhirnya tertunda dan baru bisa selesai Desember 2020. IPK saya 3,78, rencananya nanti ini mau mengabdikan diri dulu sebelum mungkin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi” ujar Lala saat ditanyai Ketua Jurusan PMIPA Purnama Ningsih, S.Pd., M.Si., Ph.D diruang Jurusan PMIPA.
Berdasarkan panduan akademik FKIP 2020 BAB VIII tertulis bahwa mahasiswa dapat diberikan pembebasan ujian skripsi jika memenuhi syarat. Alumni SMAN 1 Toli-toli ini memenuhi salah satu syarat yaitu paten sederhana yang telah didaftarkan.